Kamis, 06 Februari 2014

5 Panduan Islam dalam memilih teman atau komunitas

http://s5.uploads.ru/vZW3M.jpg

Ketika kita beranjak remaja, biasanya muncul kebutuhan untuk memiliki teman. Nabilla JKT48 menyebutnya dengan istilat soulmate alias “kawan sejiwa”. Soulmate ini emang sifatnya mood – moodan. Kita gak tahu kriterianya apa, tapi kalau udah ngerasa cocok satu sama lain ya jadi soulmate deh. Begitu katanya.

Tadi siang mimin mendengar khutbah jum’at dari Ust. Jalaluddin Asy Syatibi. Topiknya bagus : “Jangan asal memilih calon legislatif”. Di salah satu pembahasan beliau, sempat diceritakan bagaimana tuntunan islam dalam memilih orang yang bisa dipercaya. Nah, kerasa nyambungnya kan dengan pembahasan kita mengenai soulmate!

Ustad Jalal memberi panduan, setidaknya pertimbangkan 5 hal ini sebelum menjadikan seseorang menjadi soulmate kita atau sebelum memutuskan bergabung dengan sebuah komunitas tertentu :

1. Bisakah dia/komunitas itu menjadi guru ibadah dan akhirat kita?

Soulmate itu kan kawan sejiwa. Kalau jiwa kita merindukan akhirat, maka carilah teman yang bisa membawa kita pada keselamatan akhirat. Biasanya, kalau kita menginginkan keselamatan akhirat, juga memperoleh keselamatan dunia. Tapi ingat, tidak berlaku untuk kebalikannya!

Kalau dia/mereka tidak bisa menjadi guru ibadah dan akhirat kita, maka lanjut ke nomor 2 ini..

2. Bisakah dia/komunitas itu menjadi teman ibadah dan akhirat kita?

Kalau guru kan kesannya harus yang dewasa banget dan senior. Jarang memang ada orang yang seperti itu. Makanya kalau kita tidak mendapatinya, setidaknya cari seseorang atau komunitas yang bisa menjadi teman ibadah dan akhirat kita. Yang bisa jadi tempat saling menasihati dan berbagi. Saling curhat yang membawa kepada kecintaan kepada Allah. Saling membantu dalam suka dan duka. Saling menegur jika melakukan kesalahan.

Kalau gak ada juga yang bisa dijadikan teman akhirat, maka jangan putus asa. Lanjut pada panduan no.3 ini..

3. Adakah yang bisa kita jadikan murid ibadah dan akhirat kita?

Kalau teman akhirat juga gak ada, saatnya lampu hijau untuk menggarap ladang dakwah. Ada tidak kira – kira seseorang atau beberapa orang yang bisa diajak sama-sama belajar islam. Ajak dia jadi adik mentor atau dakwahi secara tidak langsung. insya Allah sedikit demi sedikit dia akan menjadi penyokong kehidupan islami kita.

Kalau masih sulit dengan panduan no.3 ini, coba no.4 nya..

4. Apakah dia/komunitas itu mau menghargai dan tidak mengganggu aktivitas ibadah kita?

Kalau gak ada juga yang mau didakwahi, minimal kita bisa memastikan bahwa dia/mereka gak akan menyeret kita kepada kemaksiatan. Dia/mereka mau menghargai hak kita untuk menjaga kehormatan diri dan melakukan aktivitas ibadah.

Kalau mereka malah ingin menjerumuskan kita kepada kemaksiatan atau kesia – siaan, maka lakukan langkah terakhir ini..

5. Pilih diantara dua solusi : kita mengusir mereka atau kita menjauhkan diri dari mereka.

Orang macam apakah yang tidak mau belajar tentang kebaikan bahkan mempengaruhi kita untuk berbuat kemaksiatan? Al-Qur’an menyebut mereka dengan salah satu diantara “tukang maksiat, musyrik, munafik atau fasik”. Allah membenci orang – orang seperti itu. Oleh karena itu solusinya tegas : Usir mereka atau tinggalkan mereka. Contoh yang perlu diusir itu seperti pelacur atau penjajah israel. Kalau sulit diusir, maka sebaiknya kita yang menjauhkan diri dari mereka. Istilahnya berhijrah. Seperti dulu Rasulullah dan kaum muhajirin hijrah dari mekkah ke madinah demi kehidupan berislam yang lebih baik.

Semoga ada manfaatnya. share jika suka atau komentari tulisan ini ya! :)