Rabu, 04 April 2012

Peran Tarbiyah Dalam Membentuk Militansi Kader




Adalah Abdulloh bin Rowahah RA, seorang sahabat yang ketika diangkat oleh Rosululloh SAW menduduki sebuah jabatan panglima dalam perang Mu’tah, Ia menerimanya dengan tangis dan cucuran air mata. Lalu para sahabat lainnya bertanya : “Maa yubkika ya… Abdalloh…” (Apa gerangan yang membuat engkau menangis wahai Abdulloh…), Iapun menjawab : “Wa maa bia hubbuddunya walaa shabaabatan bikum walaakin tadzakkartu hina dzakaranii Rosulullohu biqoulihi ta’ala : Wa in minkum illaa waariduhaa kaana alaa Rabbika Hatman Maqdhiyya” (Tidak ada pada diriku cinta dunia dan keinginan untuk dielu-elukan oleh kalian, akan tetapi aku hanya teringat ketika Rosululloh mengingatkanku dengan firman Alloh SWT : “Dan tidaklah dari kalain melainkan akan mendatanginya (neraka jahannam) adalah yang demikian itu bagi Tuhanmu (ya! Muhammad) merupakan ketentuan yang telah ditetapkan”. (QS. Maryam : 71).


Dari ungkapan Abdulloh bin Rowahah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa beliau mentadabburkan ayat al-qur’an begitu dalam, sehingga beliau mengaitkan erat ayat tersebut dengan amanah jabatan yang baru saja dipangkuanya, apakah jabatannya kelak dapat menyelamatkannya ketika masing-masing orang mau tidak mau harus melewati “Shirothol Mustaqim”, karena menghadapi neraka Jahannam dengan melewatinya adalah “Hatman Maqdhiyya”, ketentuan yang telah ditetapkan, tidak ada jalan alternatif lain dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.


“Hatman Maqdhiyya” juga berlaku dalam kaidah Tarbiah sebagai sebuah proses dalam proyek kebangkiatan umat dan pembangunan peradaban, oleh karenanya Tarbiyah memiliki sifat “Hatmiyyah”, sifat keniscayaan, dengan kata lain bahwa Tarbiyah suatu keniscayaan adala sebuah keharusan, atau ketentuan yang harus dipenuhi, konsekwensi yang harus dijalankan, tidak dapat ditawar dan tidak bisa tergantikan dengan apapun. Walhasil untuk dapat istiqomah di jalan da’wah serta mencapai target dan sasarannya, hanya ada satu jalan : Tarbiah!. Karena Tarbiyah adalah jalan yang dikehendaki oleh Alloh SWT untuk diikuti ( QS. 6 : 153 ), dalam rangka melahirkan kader-kader generasi Rabbani (Generasi-generasi yang tertarbiyah) yang senantiasa antusias mengajarkan Al-qur’an dan mempelajarinya ( QS. 3 : 79).
Ada dua aspek penting yang mendasari mengapa tarbiyah menjadi point penting saat ini.


1. Ketika dakwa memasuki Marhalah Siyasiyah (Spektrum Politik) 


Ketika dakwa memasuki marhalah ini maka dakwa akan berkosentrasi pada pertambahan jumlah (Kuantitas). Tapi berkosentrasi pada pertambahan jumlah sering mengakibatkan kualitas kader menjadi lemah. Sejarah mencatat umat islam selalu menang dengan jumlah yang sedikit. Misalnya pada perang thalut melawan jalut sebagaimana Allah mengisahkan Hal ini dalam Al-Qur’an :
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. al-Baqarah: 249)


Hal yang sebaliknya terjadi ketika umat islam justru dikalahkan saat memiliki kuantitas yang banyak seperti disaat perang hunain, ada salah satu pasukan perang di kaum muslimin mengatakan “kita tidak akan pernah lagi kalah karena jumlah yang sedikit, dan Allah mengingatkan hal ini dalam Al-Qur’an: 


Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (QS : At Taubah 25)


Maka ketika dakwa memasuki Spektrum Politik dimana membutuhkan Peningkatan Aspek Kuantitas maka peran Tarbiyah justru harus lebih dominan sebagai bagian dari peningkatan kualitas kader.


2. Ketika semakin luas capaian dakwa


Sehatnya Tarbiyah akan sangat membantu distribusi kader pada medan dakwa yang semakin luas. Sejarah telah mencatat bagaimana Mus’ab bin Umair dikirim ke madinah seorang diri untuk membina masyarakat madinah saat itu dan hasilnya luar biasa. 


Dalam konteks dakwa kampus, ekspansi LDK membentuk LDF ditingkatan fakultas adalah bagian dari semakin luasnya capaian dakwa, begitupun ketika KAMMI meluaskan jaringan komisariat dikampus atau perluasan KAMMI Wilayah. Maka semakin luasnya capaian dakwa seharusnya penigkatan Tarbiyah harus diprioritaskan, agar capaian ini tetap berjalan maksimal.


Bagaimana Mencapai Militansi kader dengan tarbiyah?


Dua aspek penting yang menjadi pengokoh tarbiyah :
1. Aspek Murabi dimana Murabi adalah Pemimpin Tarbiyah
2. Aspek Manhaj dimana Manhaj adalah Panduan bagi perjalanan Tarbawi menuju Tarbiyah Muntijah.


Aspek Murabi dan Manhaj harus selalu diperhatikan agar proses Tarbiyah dapat berjalan Maksimal. Selanjutnya Apa yang harus kita lakukan sekarang?
1. Kesungguhan Kader untuk memperkuat jaringan Tarbiyah.
Tahap ini adalah Tahap setelah Recriuitmen, Tahap setelah BIS I. Kaderisasi harus optimal dalam hal ini dan ini perlu didukung oleh Seluruh Kader 
2. Mempertahankan dan Menumbuhkan sasaran tarbawai yang baik, disinilah yang dimaksud dengan penguatan Murabi,
3. Evaluasi Menyeluruh disetiap struktur Tanzim/Organisasi.


Sampai saat ini dalam Manhaj kita, satu-satunya cara yang diyakini mampu untuk mewujudkan kader yang berkualitas adalah: tarbiyah!
Tarbiyah adalah jalan kita, ciri khas kita, dengan Tarbiyah kita tumbuh, dengan tarbiyah kita berkembang dan dengan tarbiyah kita meraih kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar