Rabu, 13 November 2013

Ini Strategi Jitu Kementrian Kesehatan Menurunkan Angka Remaja Perokok

1920TS_017

 

                                         Detik.com
 

Jakarta, Jumlah perokok pemula, yang umumnya berusia remaja, meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Kementerian Kesehatan mengupayakan beberapa strategi agar tidak semakin banyak remaja yang mengenal rokok lalu mengalami ketergantungan.

"Yang pertama, kami meminta detik.com sering-sering menulis bahaya rokok ha ha ha," canda Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan kepada detikHealth usai jumpa pers di Hotel Merilyn Park Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2013).

Artinya, langkah pertama yang dilakukan kementerian kesehatan adalah dengan memaksimalkan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya rokok. Pemuatan artikel-artikel tentang hal itu di media massa adalah sebagian di antaranya.

Langkah berikutnya seperti disampaikan Prof Tjandra adalah dengan melibatkan sekolah-sekolah untuk mencegah kebiasaan merokok di kalngan siswa. Dalam konferensi nasional promosi kesehatan ke-6 yang dibuka hari ini di Jakarta, kementerian kesehatan juga melibatkan kementerian pendidikan dan kebudayaan dengan harapan bisa memasukkan informasi tentang bahaya rokok ke dalam kurikulum.

"Ada satu SMA yang memiliki satgas antirokok di sekolahnya. Nanti pukul 14.00 kepala sekolahnya akan berbicara (dalam konferensi nasional promosi kesehatan)," kata Prof Tjandra.

Langkah yang tak kalah penting menurut Prof Tjandra adalah dengan membentuk peer group atau kelompok-kelompok sebaya untuk mengkampanyekan bahwa merokok itu tidak keren. Menurutnya, kelompok-kelompok semacam itu belakangan ini jumlahnya semakin banyak.

Perhatian khusus terhadap perokok usia remaja dinilai penting mengingat kebanyakan perokok di Indonesia memulai kebiasaan buruknya tersebut di usia remaja. Jumlah perokok usia pemula uisa 10-14 tahun pun meningkat 2 kali lipat, dari 9,5 persen di tahun 2001 menjadi 17,5 persen di 2010.
Bahkan, perusahaan rokok pun menyadari kondisi tersebut. Tak heran bila kemudian iklan dan promosi rokok pun gencar menyasar kelompok usia remaja.

"Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok mulai merokok ketika remaja," tulis pengusaha rokok di Amerika Serikat, Phillip Morris dalam sebuah dokumen tahun 1981.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar