Tidak mudah menjadi kader luar biasa yang punya kesabaran luar biasa, dan kelak menjadi bidadari luar biasa
Cinta….
Bara nyalanya berkobar
Menembus gelapnya ruang
Menghentak gelora jiwa
Menerangi….
Atau terbakar sendiri
( Azzam Syahidah )
Hampa, sunyi, riang, bahagia, rindu, sepi, ceria, sedih sebagian warna-warni rasa cinta. Tak sedikit yang rela mati juga atas nama cinta. Setantron jaman ini sudah mengajarkan dengan baik makna cinta fana yang memabukkan. Lagi-lagi tentang cinta dan lagi-lagi cinta membuat seseorang kehilangan akal sehatnya,bahkan dikalangan para aktivis da’wah. Layaknya perjalanan cinta Laila Majnun yang fenomenal. Kisah tragis sepasang kekasih yang terpisahkan dan harus mengakhiri cintanya dengan kematian layaknya Romeo dan Juliet. Padahal kisah yang berlatar belakang kebudayaan timur tengah ini mengisahkan bahwa keduanya bukan orang yang buta akan cinta pada Rabbnya. Tapi itulah cinta….sometimes its so blind.
Entahlah bidadari, namun sebuah kesadaran menyeruak menghentak kepolosanku akhir-akhir ini.Sebuah pukulan keras yang menyadarkanku, ukh wake up…. jaman ini sudah kian tua dan berbeda, jangan anti autis dengan dunia idealismu sendiri. Dan aku senantiasa mencari jawaban pasti, dari kisahku sendiri. Mencoba tegak berdiri meski kerap terombang-ambing dalam sepi. Kala menempuh sekian perjalanan hidupku, kala menemani perjalanan bidadari-bidadari kecilku, mad’u ku, sahabat-sahabatku membawaku memahami sebuah…..tragedi cinta.
Jika thumuhat serial cinta Anis Matta kerap kali membakar jiwa para pecinta dengan hamasah akan mahabbatullah. Artikel ini hanyalah sebuah refleksi akan jalan kelam seorang pecinta.
Love is so blind…ya Azzam sangat sadar akan hal itu. Dua tahun bukan kisaran waktu yang singkat saat seorang adik tersayangku mengalami teror panjang seorang akhwat mantan aktivis tarbiyah. Terror menakutkan itu berawal dari “ Teteh yang baik tolong kenalkan saya dengan ikhwan itu ya teh”. Sebenarnya telah lama saya mengagumi dia. Teh maukan membantu saya, insya Allah ini bagian dari ikhtiar saya mencari pasangan yang sholeh”. Lama-lama kata-kata manis berubah menjadi cacian, hinaan dan makian kala cintanya bertepuk sebelah tangan. Ironis, sang ikhwan menyukai akhwat yang menjadi perantaranya. Kebenciannya kian menjadi. Tarbiyahnya menjadi angin lalu.Hari-harinya dipenuhi keinginan balas dendam, bahkan pada hari pernikahan adikku dengan ikhwan lain yang bukan ikhwan pujaannya. Nafsunya meradang, terror ancaman untuk menghancurkan pernikahan suci itu tidak kenal henti dan lelah, dan hampir membuat sebagian besar panitia mengelus dada menahan marah.
Dulu akhwat ini seorang aktivis tarbiyah yang punya komitmen da’wah… Kini rasanya ia menjelma menjadi seorang wanita asing yang kesepian dan kehilangan jati diri.
Cinta dan aktivis da’wah…..
Mungkin kita harus banyak merenungi kala perjalanan cinta tak sedikit memakan korban. Kasus-kasus vmj, dan cerita cinta antar aktivis kian menumpuk di meja kaderisasi dan para murobbi. Menjadi PR yang harus senantiasa dibenahi, diilaj dan diselesaikan dengan bijak. Seorang ikhwan aktivis tertangkap basah menghabiskan sebagian malamnya dikostan seorang aktivis akhwat.Berduaan.Alasannya ada amanah yang harus diselesaikan dan tidak ada waktu lagi. Sepasang aktivis ditemukan saling berboncengan, meski dengan malu-malu pada malam hari.Alasannya dari pada naik ojek, mending diantar jemput ikhwan. Padahal taksi masih bertebaran dimalam hari, lagian……….ukh, anti kemana malam-malam???
Kisah lain, bermula dari sekedar sms perhatian. Akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak terbendung. Awalnya hanya sekedar saling motivasi, lambat laun mulai saling berbagi hati. Menjadikannya sandaran hati, dan merindukan “tausiyah” pelipur jiwa. Ah…celah itu begitu sempit, namun tak urung menjadi celah bagi syaitan. Terkadang satu amanah, satu departemen, satu aktivitas, dan pertemuan yang intens menjadikan awal pertautan hati. Sungguh andai tak pandai menjaga diri dan hati berbagai fitnah menantang kita semua para aktivis da’wah.
Tak sedikit yang insilah dari jalan ini, juga semata-mata karena cinta. Ada banyak kasus yang harus ditangani, juga bermuara dari satu kata….cinta. Hmh…benarkah ini cinta yang selama ini kita cari ?Benarkah ini muara akhir rasa cinta dalam diri kita?
Menembus ruang dan batas
Menggelora, meradang dan mematikan
Kala cinta merasuk sukma
Membekukan akal,menghempas rasa
Jika tidak karenaNya
Kemana kan dibawa lari sekeping hati pecinta???
( azsya )
Banyak kasus vmj yang tak sedikit mendapat satu solusi, ya sudah nikahkan saja, daripada menjadi fitnah. Ya sudah, diproses saja melalui jalurnya meski sebagian murobbi angkat tangan dalam hal ini kala proses ilajnya tak kunjung menemukan titik terang. Benarkah ini sebuah solusi atau pembenaran yang tepat atas sebuah kehilafan….Entahlah, semua teraduk dalam satu adonan yang terkadang tak jua kumengerti.Meski disatu sisi tak sedikit para murobbi yang cukup tegas bahkan tak segan memberikan iqob yang cukup keras. Namun terkadang kala cinta membutakan, ia tak mampu melihat cahaya terang.” Sudahlah, daripada mendekati zina, sudahlah…..” tolerasi-toleransi yang hadir pada masa-masa ilaj akan riak-riak cinta antar aktivis.
Inilah cinta, uz…
Geloranya tak terbendung
Hentakannya mengumbar asa
Membutakan mata hati
Meredupkan cahaya diri
Kala cinta berlari
Menjauh dari cinta Ilahi……
( azsya )
Ada banyak kisah cinta para aktivis. Ada yang tak mampu menahan rasa, hingga tersampaikanlah rasanya pada berbagai pihak. Lidah tak bertulang, berita terus tersebar. Ah…semoga tak sampai ditelinga sang pujaan. Ada yang sedih karena tak kuasa menahan rasa cinta. Meski tak terbalaskan, kesetiaannya sulit dipatahkan. Saudara-saudaranya hanya bisa mengelus dada. Speechless, mungkin akan berakhir hingga salah satu dari mereka menggenapkan diennya. Penantian, patah hati, angan-angan dan kesunyian….tragedi cinta kembali menorehkan catatan kelam.
Namun bidadari, tak semua berakhir kelam. Kala sepasang aktivis berusaha meredam semua rasa yang bergejolak didadanya. Jihadnya adalah menjaga lisannya dari mengungkapkan rasa itu pada siapapun. Disimpannya rasa itu dalam hatinya, senantiasa dibersihkannya dari dalam hatinya, diupayakan untuk ia sembuhkan, meski berat terasa. Ia begitu tsiqoh cinta murninya hanya untuk satu-satunya pendamping hidup sejatinya kelak.
Kala seorang ikhwan bersegara menggenapkan diennya untuk mencegah fitnah yang kian menghampirinya. Kala para aktivis kian pandai berghodul bashar, menjaga hati dan mengendalikan riak-riak cinta yang secara fitrah hadir menggoda. Cinta sejatinya masih menjadi sandaran utama. Adakah Allah swt ridha akan prosesnya ???
Mungkin ini salah satu hikmah yang ada dibalik kisah Fatimah ra dan Ali bin Abi Thalib. Selepas Rasulullah menikahkan mereka, terkuaklah satu pernyataan yang tertulis dalam sirah bahwa ada satu ikhwan yang selama ini Fatimah kagumi dan ikhwan itu adalah Ali bin Abi Thalib. Ternyata rasa yang tersembunyi begitu rapi itu juga dirasakan oleh Ali bin abi Thalib, tentang seorang akhwat yang ia kagumi yang kemudian Allah takdirkan menjadi istrinya. Luar biasa, bahkan syaitan tak dapat mengetahui hal itu. Padahal tidak sulit andai Fatimah mau, ia dapat dengan mudah menceritakan perasaannya pada ayahnya yang sangat menyayanginya. Namun karena afifahnya (kesucian dirinya), sepenuh jiwa ia berjihad menahan perasaannya. Demikian pula Ali, andai Ali mau, dia bisa saja menyampaikan perasaannya pada Fatimah atau menyatakan niat baiknya pada Rasulullah.Namun dia berjihad menjaga rasa itu, kerendah hatiannya membuatnya merasa tak pantas mendampingi seorang wanita ahli surga yang juga putri tercinta Rasulnya. Hingga akhirnya Allah swt, Rasulullah, dan da’wah islam yang menyatukan mereka berdua. Hingga terkuaklah rasa saling kagum itu selepas ijab Kabul. Luar biasa. Andai mereka tidak berjodoh, mungkin kisah ini takkan pernah tertulis dalam sirah. Mereka membawanya dalam sekeping hati yang dalam, yang menjadi rahasia antara mereka dan Rabbnya. Bahwa pernah ada satu kagum yang tak tersampaikan….Subhanallah
Bidadari, kemanakah sekeping hati ini akan dibawa berlari….Perjalanan cahaya ini masih teramat panjang. Pencarian kan Kekasih Sejati, tidak berakhir di pelaminan. Pencarian ini takkan pernah usai sampai maut mempertemukan kita dengan sang Kekasih. Kala Dia menatap kita dengan penuh cinta. Dan kita teramat berbahagia, melebih kebahagiaan akan surga yang dijanjikan. Kala cinta kita berlabuh pada muara terindah yang abadi antara kita dan Rabb kita….
Inilah cinta
Kala ruh, darah, dan jasad ini
Adalah bukti cinta para pecinta sejati
Layaknya jantung yang terkoyak milik Hamzah bin abdul mutthalib
Tubuh yang tercabik berpuluh pedang milik anas bin abi nadr di perang uhud
Hingga tiada terkenali kecuali dari jarinya yang tersisaInilah cinta
Kala maal, jiwa dan raga
Adalah saksi cinta tak terbantahkan
Cinta Abu Bakar yang tak ragu menginfakkan segala hartanya bagi Islam dan
Mentsiqohkan keluarganya pada Rabb dan RasulNyaInilah cinta
Kala tetesan peluh, tetesan darah, degupan jantung
Menoreh sejarah sepanjang masa
Cinta seorang Hasan al banna yang menggelora akan kebangkitan Islam
Tetesan darah yang menjadi saksi jihad, dan sisa detak jantung yang terus menabuhkan genderang jihad hingga detik ini
kala tak satupun orang yang boleh menolongnya, dan asy syahid Hasan al banna syahid kala tetes darahnya berakhirInilah cinta…….
Cinta yang membuat khalid bin walid lebih menyukai malam-malam dingin di medan jihad
Dibandingkan malam-malam hangat bersama istri tercintanya
Inilah cinta….
Yang terlukis dari senyuman indah Sayid Qutb kala kerinduannya bertemu Rabbnya terkabul dari tiang gantunganInilah cinta
Kala Nusaibah dan Al Khansa
Rela menginfakkan keluarganya dan berdarah-darah demi menjaga RasulullahIkhwati fillah inilah cinta….
Cinta yang membuat manusia biasa menjadi manusia-manusia langit
Cinta yang membuat kekasih kita Rasulullah saw
Di akhir hidupnya terus berkata umati…umati…umati
Inilah cinta yang terang
Cinta yang berbuah jannati
Cinta para pecinta sejati
( azsya )
Yang merindu satu cinta yang terang…..
Kini hingga akhir masa….
Wednesday, 9 May 2007
Ingatkah ummi saat engkau memanggilku dengan sebutan "bidadari kecilku" begitulah panggilan kesayang ummi padaku waktu itu.. dan kini ummi mengganti panggilan itu, katamu "saat ini anis bukan lagi bidadari kecil teteh.. kini anis telah berbah menjadi bidadari yang beranjak dewasa.."
Bagiku Ummi akan senantiasa menjadi Bintang di Langit hatiku.. uhibbuki fillah.. dan anis yakin, kalau anis pun akan selalu menjadi bintang yang senantiasa bercahaya di langit hatimu.. syukran buat nasihat2 yang selalu ummi berikan padaku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar