Senin, 11 November 2013

Tafsir An-Naba’ Ayat 35

 

                                         Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an
 

Ini adalah kenikmatan-kenikmatan yang lahirnya bersifat indrawi, untuk mendekatkannya kepada apa yang dibayangkan manusia. Adapun hakikat rasa dan kenikmatannya belum pernah dirasakan oleh penduduk dunia karena mereka terikat dengan batas-batas dan gambaran-gambaran duniawi. Di samping kenikmatan lahiriah yang demikian, mereka juga mengalami keadaan yang dirasakan oleh had dan perasaan,

Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. (35)

Kehidupan surgawi adalah kehidupan yang ter-pelihara dari kesia-siaan dan kebohongan yang biasa-nya diiringi dengan bantahan dan sanggahan. Maka, hakikat (keadaan yang sebenarnya) di sini diungkap-kan, idak ada peluang untuk membantah dan men-dustakan, sebagaimana idak ada peluang untuk berkata sia-sia yang tidak ada kebaikan padanya. Inilah suatu keadaan dari keluhuran dan kesenangan yang cocok dengan negei akhirat yang kekal.

 

                                         Hamka dalam Tafsir Al - Azhar
 

Kemudian datang lagi ayat berikutnya yang membedakan suasana syurga dengan suasana dunia ini:

“Tidak akan mereka dengar padanya kata-kata yang sia-sia dan tidak pula kata-kata dusta.” (ayat 35).

Tepat sekali ayat 35 ini sebagai pengiring dari ayat 34 yang menerangkan bahwa di taman-taman dan kebun-kebun yang indah itu dilengkapi dengan perawan-perawan jelita yang susunya masih padat, perawannya belum rusak, dan mereka banyak dan sebaya semua. Di dalam dunia ini kalau terdapat tempat yang demikian, di sanalah bersarangnya segala nafsu kelamin yang cabul, yang disebut sex.

Jika di dunia ini taman-taman cinta birahi yang kaya dengan segala buah-buahan dan anggur, minuman berbagai rupa, perempuan cantik yang menggiurkan dan menimbulkan nafsu, barulah meriah bila orang telah mabuk-mabuk. Orang meminum tuak dan segala minuman keras ialah untuk menghilangkan rasa malu di dalam berbuat segala macam kecabulan. Keluarlah di sana segala perkataan kotor dan jijik.

Maka suasana dalam syurga bukanlah demikian halnya. Bila disebutkan gadis-gadis remaja dan perawan-perawan sebaya itu, rasa seni dan keindahanlah yang tergetar, bukan hawa nafsu kelamin. Karena soal syurga bukanlah semata menghidangkan pemuas kelamin. Karena nafsu kelamin itu apabila telah terlepas sehabis bersetubuh, kepayahan dan kelelahan badanlah yang tinggal. Lalu menggerutu menyesali tenaga yang habis. Dan apabila diri telah mulai tua dan tenaga mulai hilang, walaupun bagaimana seorang gadis remaja memperlihatkan badannya di muka si tua itu, syahwat tidak tergerak lagi, sehingga timbullah kegemasan karena mulai “menghidupkan” alat yang telah mati. Di saat demikian timbullah kemarahan dan kemendongkolan perempuan itu, sebab nafsunya tidak dapat dilepaskan oleh si tua.

Lantaran itu sekali-kali tidaklah serupa nikmat kediaman di syurga itu dengan “nikmat” yang dirasakan di dunia sekarang ini. Orang tua 75 tahun karena dia kaya-raya berbini muda usia 20 tahun di dunia ini sama dengan hidup di neraka! Yang ada dalam syurga adalah kedamaian fikiran, ketenangan dan tenteram, tidak terdengar kata-kata sia-sia, sebagai banyak terdengar di dunia ini dan tidak pula mendengar kata-kata bohong, yang selalu dipergunakan orang untuk suatu kesenangan dan kemegahan bagi sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesenangan duniawi, barulah didapat bila mau korupsi!

 

 

                                         Tafsir Jalalain
 

035. (Di dalamnya mereka tidak mendengar) yakni di dalam surga itu sewaktu mereka sedang meminum khamar dan merasakan kelezatan-kelezatan lainnya (perkataan yang sia-sia) perkataan yang batil (dan tidak pula dusta) jika dibaca Kidzaaban artinya dusta, jika dibaca Kidzdzaaban artinya kedustaan yang dilakukan oleh seseorang kepada yang lainnya, keadaannya berbeda dengan apa yang terjadi di dunia sewaktu khamar diminum.

Ayat yang lain :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar