dakwatuna.com – Bogor. Sudah satu tahun empat bulan Izzudin menjadi santri di Pesantren Tahfidz Qur’an Fathan Mubiina Bogor. Sungguh, di usianya yang masih belia (14 tahun) ia sudah menghafal 10 juz al-Qur’an. Bila kita bandingkan dengan kenyataan pelajar hari ini, sungguh prestasi Izzudin patut untuk menjadi contoh.
Keberadaan Izzuddin di pesantren ini berawal dari informasi yang disampaikan oleh Ust. Syamsul Bahri Mudir Pesantren Tahfidz Qur’an Fathan Mubiina dalam sebuah pelatihan tahfidz yang digelar di Kota Palembang tahun 2012 silam. “Sebelum masuk pesantren ini atau ketika tamat Sekolah Dasar (SD) baru hafal satu juz. Alhamdulillah saat ini sudah mencapai 10 juz,” ungkap anak ketiga dari delapan bersaudara ini.
“Di pesantren Fathan Mubiina ini ia menghafal secara mandiri. Setorah hafalan dilakukan setiap hari, yakni setelah subuh dan ashar. Dan rata-rata perhari setoran 1-2 halaman. Namun, kalau lagi malas setoran hafalannya hanya bisa setengah halaman. Tapi kalau lagi semangat setoran hafalan bisa sampai 2 halaman,” ujar anak dari pasangan Salihul Fajri dan Ani Widiatiningsih pengelola Ma’had Izzuddin di Kota Palembang.
Prestasi ini ia raih berkat ketekunannya belajar dan dorongan yang kuat dari kedua orang tuanya. Orang tua sangat senang. “Mereka berpesan untuk terus menjaga hafalannya,” jelasnya. Ke depan, ia berharap bisa mencapai cita-cita-cita menjadi menjadi seorang hafidz. Ia juga bercita-cita untuk bisa melanjutkan kuliah di Madinah.
Izzuddin sangat senang bisa belajar di pesantren ini. Karena di pesantren banyak teman, bisa saling menyimak (tasmi’). Kepada para pelajar di tanah air, ia berpesan agar para pelajar tidak terjerumus pada kegiatan yg tidak bermanfaat. “Lakukanlah kegiatan yang bermanfaat termasuk menghafal Qur’an,” tutupnya. (Efri S. Bahri/ded/dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar