Jumat, 08 November 2013

'Menanamkan Semangat Anti-Israel Sejak Dini'

1_743704_1_34

 

                                         Republika.com
 

REPUBLIKA.CO.ID, Seseorang jauh lebih cepat menyerap berbagai pendidikan ketika masih berusia dini. Tampaknya, Hamas yang memerintah di Jalur Gaza menyadari hal tersebut.

Tak heran, Hamas kini menyisipkan pendidikan anti-Israel ke dalam kurikulum sekolah umum. Menteri Pendidikan Muetassem al Minaui, dikutip dari Al Arabiya, menyatakan, program tersebut disebut program untuk memperkuat hak-hak bangsa Palestina.

Pendidikan resistensi itu akan masuk dalam studi tentang hak asasi manusia serta diperkenalkan di tingkatan sekolah menengah.

Ia mengatakan, pendidikan ini bertujuan untuk menanamkan iman dalam perlawanan untuk mendapatkan hak. Serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya persiapan yang efektif menghadapi musuh.

Berdasarkan laporan AFP, materi baru itu termasuk serangan militer Israel November 2012 dan musim dingin 2008-2009. Materi itu juga memasukan foto korban tewas dan gedung-gedung yang hancur akibat serangan Israel.

''Seluruh wilayah Palestina dari Laut Mediterania hingga Laut Yordania adalah milik kita, yaitu Muslim,'' berdasarkan pernyataan materi tersebut.

Direktur Operasi untuk Lembaga Bantuan dan Kerja PBB Robert Turner mengatakan, pendidikan baru itu hanya ada di bawah Kementerian Pendidikan, bukan lembaga dia. Padahal, di bawah sekolah lembaga PBB terdapat 463 ribu siswa yang menuntut pendidikan.

Pada awal tahun, Hamas membuat program pendidikan dasar militer bagi 10 ribu siswa SMA. Selain itu, Hamas juga pernah memasukan kurikulum bahasa Ibrani ke sekolah-sekolah.

Direktur Kurikulum Kementerian Pendidikan, Somayia al Nakhala, dikutip dari The Guardian, mengatakan alasan utama memasukan pendidikan bahasa Ibrani.

Hal ini agar warga Palestina mengetahui apa yang sedang dipikirkan rakyat Israel. Selain itu, tentu saja agar tahu bahasa musuh atau tetangga dia. Selama ini, menurut dia, orang-orang di Gaza menonton televisi yang berisikan program Israel. Bahkan warga Gaza meminum obat bertuliskan bahasa Israel.

Dosen di Universitas Islam Jamal al Hadad mengatakan, bahasa Arab dan Ibrani hampir serupa karena memiliki akar yang sama.

Walaupun ada begitu banyak yang keberatan, namun anak-anak harus belajar bahasa Ibrani. Hal ini agar mereka bisa mengikuti perkembangan konflik melalui berita di stasiun televisi Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar